Pendahuluan
Pendidikan Seni dipakai sebagai mata pelajaran pada
pendidikan sekolah didasarkan pada pemikiran bahwa, pertama, pendidikan seni
memiliki sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural. Multilingual
berarti melalui pendidikan seni dikembangkan kemampuan mengekspresikan diri
dengan berbagai bahasa rupa, bunyi, gerak, dan paduannya. Multidimensional
berarti dengan seni dapat dikembangkan kompetensi dasar anak yang mencakup
persepsi, pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi, dan produktivitas
dalam menyeimbangkan fungsi otak kanan dan kiri, dengan memadukan unsur logika,
etika dan estetika. Multikultural berarti pendidikan seni bertujuan
menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan berapresiasi terhadap keragaman budaya
lokal dan global sebagai pembentukan sikap menghargai, toleran, demokratis,
beradab, dan hidup rukun dalam masyarakat dan budaya yang majemuk (Depdiknas
2001:7). Pendidikan seni meliputi semua bentuk kegiatan tentang aktivitas fisik
dan nonfisik yang tertuang dalam kegiatan berekspresi, bereksplorasi, berkreasi
dan berapresiasi melalui bahasa rupa, bunyi, gerak dan peran. (Rohidi 2000:7).
Melalui pendidikan seni anak dilatih untuk memperoleh keterampilan dan
pengalaman mencipta yang disesuaikan dengan lingkungan alam dan budaya setempat
serta untuk memahami, menganalisis, dan menghargai karya seni. Tegasnya
pendidikan seni di sekolah dapat menjadi media yang efektif dalam mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, kreativitas, dan sensitivitas anak.
Tujuan pendidikan seni juga dapat dilihat sebagai
upaya untuk mengembangkan sikap agar anak mampu berkreasi dan peka terhadap
seni atau memberikan kemampuan dalam berkarya dan berapresiasi seni. Kedua
jenis kemampuan ini menjadi penting artinya karena dinamika kehidupan sosial
manusia dan nilai-nilai estetis mempunyai sumbangan terhadap kebahagiaan
manusia di samping mencerdaskannya. Pendidikan seni,
dapat dijadikan sebagai salah satu sarana dalam membentuk jiwa dan kepribadian
anak. Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Plato (dalam dalam Rohidi
2000:79) bahwa pendidikan seni dapat dijadikan dasar untuk membentuk
kepribadian. Dalam hubungan ini seni merupakan bidang ilmu yang perlu dipelajari
dan diapresiasi oleh peserta didik karena mengandung nili-nilai dan bermanfaat
dalam kehidupan manusia. Oleh karenanya diperlukan rancangan yang berkaitan
dengan proses pelaksanaan pembelajaran seni, baik kurikulum, metode, sarana
maupun alat penunjangnya, dan juga tidak meninggalkan lingkungan sosial budaya
setempat.
Pengertian
Seni dan peran dalam pendidikan
Pendidikan
Seni, khususnya seni rupa hadir sebagai bagian integral dari prinsip
pendidikan. Artinya, pendidikan seni rupa sebagai bagian dari pendidikan umum
yang mendapat kewajiban (tugas ) utama melatih kepekaam rasa: estetis (keindahan), maupun apresiasi seni,
melalui pembelajaran
praktek berkarya seni rupa. Pembelajaran seni rupa yang dimaksudkan adalah
pendidikan untuk anak yang didasari oleh pembinaan intelegensi rupa (visual
intelligenci) dengan kemampuan memahami objek secara komprehensif maupun detail. Pemahaman
terhadap objek dengan kinerja belajarnya melalui pengamata, asosiasi, pemahaman
bentuk akhirnya berekspresi. Lingkup
seni sebagai hasil aktivitas artistik yang meliputi seni suara, seni gerak dan
seni rupa sesuai dengan media aktivitasnya. Media dalam hal ini mempunyai arti
sarana yang menentukan batasan-batasan dari lingkup seni tersebut. Pemahaman
tentang seni adalah merupakan ekspresi pribadi dan seni adalah
ekspresikeindahan. Seperti
yang dikemukakan oleh Cut Kamaril Wardani Surono (200:3), pendidikan seni
yaitu:
1.
Pendidikan
seni adalah sebuah cara atau strategi menamkan pengetahuan dan ketrampilan,
dengan cara mengkondisikan anak atau siswa menjadi kreatif, inovatif, dan mampu
mengenali potensi dirinya secara khas (karakteristiknya) serta memiliki
sensitivitas terhadap berbagai perubahan sosial budaya dan lingkungan.
2.
Pendidikan
kesenian adalah kegiatan membuat manusia agar mampu bertahan hidup dan mampu
menunjukkan jati dirinya di masa depan. Maka kemampuan beragam bahasa (multi
Ianguage) perlu dikembangkan melalui pendidikan untuk menghadapi pesatnya
perkembangan kemampuan berbahasa non verbal: bunyi, gerak, rupa dan
perpaduannya. Melalui kemampuan beragam bahasa seni (artistik), manusia
diharapkan mampu memahami dan berekspresi terhadap citra budaya sendiri dan
budaya lain (multi cultural). Pendidikan seni juga memiliki wacana
multidimensional artinya pendidikan seni memiliki cakupan yang luas baik yang
berkaitan dengan masalah budaya ataupun ilmu pengetahuan.
Tujuan
Pendidikan Seni di Sekolah Dasar
Tujuan
diberikanya pendidikan seni di SekolahDasar diantaranya sebagai berikut:
1.
Memberikan
fasilitas yang sebesar-besarnya untuk dapat mengemukakan pendapatnya (ekspresi
bebas),
2.
Melatih
imajinasi anak, ini merupakan konskwensi logis darn kegiatan ekspresi,
3.
Memberikan
pengalaman estetik dan mampu memberi umpan balik penilaian (kritik dan saran)
terhadap suatu karya seni sesuai dengan mediumnya.
4.
Pembinaan
Ketrampilan; diarahkan dengan membina kemampuan praktek berkarya seni dan
kerajinan,
5.
Seni
sebagai alat pendidikan dalam arti pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan
permainan. Tujuan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan.
Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan
untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktifitas permainan,
melalui permainan kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini
mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan seni dapat digunakan sebagai alat
pendidikan.
Peran
pendidikan kesenian dalam konstelasi kurikulum pendidikan adalah:
1.
Seni
Sebagai Bahasa Visual Anak
pada usia SD dalam kehidupannya sangat dekat dengan berkarya seni. Hampir bisa
dikatakan bahwa perilaku anak dekat dengan kegiatan berkesenian; tiada hari
tanpa berseni. Berseni merupakan, kebutuhan anak dalam:
a)
mengutarakan pendapat,
b)
berkhayal-berimajinasi,
c)
bermain,
d)
belajare. memahami bentuk yang ada di sekitar anak,
e)
merasakan: kegembiraan, kesedihan, dan rasa keagamaan.
Dalam
Konteks seni berperan mengemukakan pendapat, tampak ketika anak menyanyi atau
menari ataupun menggambar bertema maupun tanpa tema. Karya seni mereka berikan
tema Sesuai dengan keinginan pada saat itu; ketika anak membayangkan nikmatnya
berada dalam ban-ban ibu, dan ibu menimangnya sambil menyanyikan lagu akan
kembali muncul dalam bentuk gambar seorang perempuan dan kain. Ungkapan itu
juga dapat berupa celotehan suaran menyanyi dan menirukan orang sedang menimang
boneka. Namun, dapat pula berupa gambar tanpa bentuk, yang dimulai dari
menggambar pesawat terbang yang indah dengan bentuknya yang khas anak, kemudia
sealng beberapa menit gam,bar tersebut dicoret sampai menutup permukaan. Gambar
pesawat yang semula sudah tidak nampak lagi. Disinilah ungkapan kesal pesawat
musuh menembak pesawat idealnya.
2.
Seni
Membantu Pertumbuhan Mental Ternyata contoh di atas merupakan perkembangan
symbol rupa yang terjadi pada saat anak ingin menyatakan bentuk yang
dipikirkan, dirasakan atau dibayangkan. Bentuk-bentuk tersebut hadir bersamaan
dengan perkembangan usia mental anak. Pada suatu ketika anak pertumbuhan badan
(biological age) lebih cepat daripada perkembangan pikiran (mental age).
Ketidaksejajaran perkembangan anak tersebut menyebabkan pula perkembangan
gambar anak dengan anak lain yang normal, oleh karena terjadi variasi gambar
anak. Hal ini seiring dengan perkembangan nalar pada diri anak. Bagi anak yang
mempunyai perkembangan berbeda, dimana fungsi nalar sudah berkembang lebih
cepat dari pada ekspresinya, maka peristiwa tersebut berpengaruh juga dalam
gambar.
PENDEKATAN PEMBELAJARAN SENI RUPA
Pembelajaran Pendidikan
Seni dilaksanakan baik dengan pendekatan terpisah dan terpadu. Pendekatan
terpisah ialah melaksanakan pembelajaran setiap bidang seni, sesuai dengan
ciri-ciri khusus dan kesatuan substansi masing-masing. Pendekatan terpadu ialah
melaksanakan pembelajaran yang memadukan bidang-bidang seni dalam bentuk seni
pertunjukan, seni multimedia, atau kolaborasi seni. Pembelajaran Pendidikan
Seni secara terpadu meliputi pembelajaran apresiatif dan produktif. Pembelajaran apresiatif
secara terpadu dilaksanakan dengan kegiatan apresiasi terhadap karya seni yang
merupakan perpaduan antara dua atau lebih bidang seni, baik secara langsung
maupun melalui media audio-visual, misalnya pertunjukan musik, tari, teater,
atau film. Pembelajaran produktif secara terpadu dilaksanakan dengan kegiatan
berkarya dan penyajian seni yang melibatkan dua atau lebih bidang seni,
misalnya dalam bentuk seni pertunjukan atau kolaborasi antar bidang seni. Alternatif pelaksanaan mata
pelajaran Pendidikan Seni sebagai berikut. Sekolah yang memiliki lebih dari
satu guru bidang seni, masing-masing guru memberikan pembelajaran seni sesuai
dengan bidangnya secara terpisah. Siswa memilih salah satu bidang seni sesuai
dengan minatnya. Pembelajaan secara terpadu dilaksanakan dengan kerja sama
antara guru-guru bidang seni yang bersangkutan. Sekolah yang hanya memiliki
guru salah satu bidang seni, guru tersebut melaksanakan pembelajaran seni
sesuai dengan bidangnya, tetapi sedapat mungkin juga melaksanakan pembelajaran
seni secara terpadu, sesuai dengan kemampuannya. Materi pokok yang bersifat
teoritik tidak diberikan secara terpisah, tetapi secara integratif dengan
materi kegiatan apresiasi seni, berkarya seni, kritik seni, dan penyajian seni.
Pembelajaran yang bersifat praktek (berkarya) lebih berorientasi pada proses
dari pada hasil, sehingga lebih menekankan usaha membentuk dan mengungkapkan
gagasan kreatif dari pada kualitas komposisi yang dihasilkan.Dalam pembelajaran
Pendidikan Seni, pengembangan sikap memiliki kedudukan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan keterampilan, dan pengetahuan. Untuk menunjang pembelajaran
materi yang mengarah pada penguasaan keahlian profesional, termasuk menggambar
dengan mistar (menggambar konstruksi), perlu ditunjang dengan program
ekstrakurikuler, sesuai dengan bakat dan minat siswa.
Daftar Pustaka
Rohidi, T.R., 2000. Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan,
Bandung:STSI Bandung.
Salam, S. 2002. Paradigma dan Masalah Pendidikan Seni. Universitas
Negeri Semarang.Semarang.
http://dayurejo.wordpress.com/2010/07/06/seni-sebagai-mediapendidikan- penyadaran-terhadap-lingkungan-hidup/